Best Manufacturing Practices

Posted by : Excellence Manufacturing Practices Monday 14 October 2013


No Goal, No Target, No Planning, No Action, No Results
 
Senin pagi, jam tujuh, Suryo telah duduk di mejanya. Sudah menjadi kebiasaan bagi Suryo, di Senin pagi adalah membaca catatan penting yang perlu ditindaklanjuti di sepanjang minggu berjalan ini. Catatan penting yang berisi luberan tugas minggu lalu, dan juga tugas dari Pak Tjandra yang perlu diselesaikan hari ini, hingga hari Jum’at. Baginya tujuan yang jelas akan memudahkan dalam mengeset target. Tugas yang penting dipecahnya menjadi beberapa bagian kecil, sehingga mempermudah tindakan dan pengukuran pencapaiannya. Tujuan yang jelas dan target yang jelas, pasti akan mendekatkan diri Suryo kepada  pencapian yang mampu diukur. Bila tidak bisa diukur dalam angka, Suryo akan membuat target yang mampu membedakan antara sebelum dikerjakan dengan setelah pekerjaan itu usai.
 
“Yo, boleh ke ruangku… sebentar!”
“Baik, pak.” Suryo bergegas menuju ruang pak Tjandra.

“Terima kasih, Yo. Kamu hebat, sudah bisa menutup penjualan terbesar kita tahun ini. Dua ratus Lima puluh juta itu besar bagi kita, Yo. Luar biasa.”
“Alhamdulillah, pak. Alloh berikan jalan baik buat penjualan kita. Saya berterima kasih kepada bapak, bapak bersedia memberikan arahan dan bimbingan. Karena itulah kita bisa berhasil, pak. Dukungan bapak sangat berarti. Saya belum tentu bisa menutup penjulan untuk bulan ini, tanpa peran besar pak Tjandra.”
“Bukan, Yo. Itu usahamu. Saya hanya membantu sedikit. Kamu luar biasa, Yo.”
“Terima kasih, pak. Bapak yang luar biasa dalam mendidik kami, pak.”

Prinsipnya adalah “No Goal, No Target, No Planning, No Action, No Results.” Hukum ini menjadi pasti, sebab tidak ada sesuatu yang kebetulan. Sebab kegagalan pun pastilah ada tandanya. Kalaupun menghasilkan, itu pun ada prosesnya. Tidak ada yang datang secara tiba-tiba, semua berjalan atas waktu dan upaya, proses.

“Suryo, kita perlu mengevaluasi pencapaianmu, agar kita bisa belajar …dan kita menjadi mampu mengulangi keberhasilan yang kita peroleh, sehingga kamu bisa sukses untuk proyek penjualanmu yang lain.”
“Baik, pak Tjandra.”
“Bagaimana kalau kita nanti makan siang… Kamu nanti ikut saya? Kamu ga ada janji, kan?”
“Siang ini belum, pak. Pagi ini saya perlu follow up dua proposal melalui telpon, kemudian menelpon empat prospek kita, pak.”
“Sip! Bagus kalau begitu. Nanti siang kita makan sambil ketemu Tjahjono? Masih ingat kamu?”
“Mas Tjahjono? Bagaimana kabarnya, pak. Lama sekali saya tidak bertemu beliau?” Tjahjono adalah adik nomor dua Tjandra. Selisih umur Tjahjono dengan Suryo dua tahun, Tjahjono lebih muda. Disela-sela belajar di SMA, Tjahjono juga sering membantu di Toko Suku Cadang, di Senen.
“Baik, kabar dia Yo. Dia akan bantu kita memperkuat Divisi penjualan pompa kita. Nanti kita teruskan ngobrolnya, Yo. Kamu selesaikan dulu apa yang penting, ya!”


“Baik, pak.” Suryo melangkah keluar dari ruang atasannya itu dengan senyum manis. “Hasil baik akan disertai rejeki baik,” pikir Suryo. Tepat!

“Pagi, pak Suryo,” sapa Nani staff Suryo. Nani adalah staff Suryo, yang membantu Suryo menelepon calon pelanggan, menelepon pelanggan, mengatur janji, resepsionis dan juga merangkap urusan administrasi. Ada lima karyawan di Kantor Glodok… tepatnya Ruko di Kawasan Glodok … mereka adalah Pak Tjandra, Suryo, Nani, Irwan dan Jonni.
“Pagi, Nan. Tumben bawa bekel. Biasanya kalau pagi puasa?”
“Iya, pak. Jaga lambung, pak.”
Suryo tersenyum sambil melangkah meninggalkan meja Nani. Senyum untuk membungkus bayangan wajah istrinya yang merintih sakit saat lambungnya teriris-iris. “Hari ini dan seterusnya, aku harus bekerja lebih keras lagi. Anak-anakku perlu cukup makan. Istriku wajib aku bahagiakan. Aku bisa, karena niatku baik. Ya, Alloh… kuatkanlah tubuhku, jagalah niatku. Tambahkan ilmuku sehingga aku menjadi mampu mengatasi masalah yang muncul. Jadikan diriku pribadi tangguh yang berani menghadapi persoalan yang aku temui. Ya, Alloh sertailah perjalananku ini. Jadikan hasil kerjaku menjadi hasil baik dan rejeki halal bagi keluargaku… Amin.. Amin.. Amin.. Ya, Alloh… Amin.”

Menjual adalah sebuah aktivitas yang didahului setidaknya tujuh tahapan. Mulai dari mendapatkan nama calon pelanggan, melakukan panggilan melalui telepon untuk mengadakan pertemuan, pertemuan perkenalan, penawaran lebih lanjut, presentasi, mengatasi penolakan, dan membuat penutupan penawaran menjadi penjualan.

Tidak mudah menjadi Salesman. Karena tidak mudahnya itu banyak orang tidak menyukai profesi ini. Padahal, sebenarnya… setiap manusia adalah Salesman, buktinya… Seorang bayi yang menjual tanggisannya untuk mendapatkan perhatian ibunya dan sebotol susu. Seorang pemuda menjual janji agar si gadis mau menjadi pasangannya. Menjual ide. Menjual gagasan… menjual…menjual…menjual.

Menurut survey jika dibanding dengan pekerjaan kantoran atau pabrik, hampir lebih dari 80% orang memilih menjadi bukan tenaga penjualan. Kalaupun mereka mau menjadi Salesman, sebagian besar dari mereka… terpaksa! Dari pada tidak ada jobs … batu loncatan … terjebak … terima nasib …

Mengapa pekerjaan Salesman menjadi pilihan terakhir bagi sebagian besar orang? Jawaban terbanyak dari sekian pilihan adalah PENOLAKAN, karena pekerjaan Salesman berhubungan dengan penolakan; dan penolakan adalah hal yang paling menakutkan dan menyakitkan. Karena itulah sebagian besar pekerja menolak untuk bekerja sebagai tenaga penjualan.

Statistik mengatakan, bahwa menjual adalah permainan deret angka. Menjual adalah angka, hukum rata-rata. Maksudnya, statistik menjual properti 30:1; 30 prospek …ujung akhir yang membeli properti, satu orang. Demikian juga dengan menjual asuransi; 30 prospek, 10 pertemuan, 3 tertarik dan satu orang yang akhirnya membeli polis asuransi.

Bila dicermati, Salesman wajib memiliki mental pemenang, berani ditolak 30 kali, setidaknya untuk mendapatkan order 1 kali transaksi. Profesi pekerjaan apa yang memiliki resiko tidak enak dibanding dengan Salesman? Bukan resiko ditolak! Tetapi memang untuk mendapatkan order, Salesman perlu melewati banyak penolakan. Jadi kalau Suryo adalah seorang tenaga penjualan, SELAMAT bagi Suryo dan orang seprofesi dengan Suryo; sebab pribadi seperti Suryo adalah pribadi tangguh yang pantang menyerah oleh penolakan berkali-kali.

Maka saran terbaik bagi seorang Salesman adalah bertahanlah sedikit lebih lama… bersabar dalam berupaya hingga mendapatkan hasil. Banyak orang menyerah dan berbalik arah, padahal hasil tinggal selangkah lagi mendapatkan hasil. Menjual adalah disiplin diri; berupaya sepenuh hati meraih hasil, bukan melakukan apa yang disukai, tetapi melakukan dengan sepenuh hati, menyukai apa yang dilakukan.

Untuk kisah lengkapnya silakan KLIK:

https://www.facebook.com/notes/wawang-sukmoro-motivator-produktivitas/no-goal-no-target-no-planning-no-action-no-results/10150375126384127

…Rangkaian kisah yang mampu menjadikan diri Anda lebih berdaya… SILAKAN di akses!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Visitor

Coach & Facilitator

Coach & Facilitator
Wawang Sukmoro Motivator Produktivitas

TURNING LOSS INTO PROFIT

TURNING LOSS INTO PROFIT
Buku Tentang MOTIVASI PRODUKTIVITAS

100% Charity BUKU BERHASIL

100% Charity BUKU BERHASIL
Unduh Gratis at SCRIBD.com

Twitter

Blog Archive

- Copyright © NLP Indonesia Berdaya -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -